Episode 3 – Bisikan dari Jendela Timur



Episode 3 – Bisikan dari Jendela Timur

Malam kembali turun lebih cepat dari biasanya.
Kabut merayap dari tepi hutan, menelan rumah-rumah penduduk satu per satu, hingga cahaya lampu di jalan hanya tampak seperti bintik kuning yang mengambang di udara. Ares duduk di ruang tengah, menatap buku hitam yang kini terikat kain putih — cara satu-satunya untuk menghentikan cahaya biru itu muncul lagi. Tapi ia tahu… buku itu masih bernafas.

Suara napas itu pelan, seperti desiran angin, tapi ketika malam benar-benar sunyi, ia bisa mendengarnya jelas — keluar dari sela-sela buku, berirama seperti jantung yang tidak milik manusia.

Ares menatap jam dinding: pukul 02.11.
Lalu, tok… tok… tok.
Tiga ketukan dari arah jendela timur.

Jendela itu dulu milik kamar ibunya. Ia tak pernah membuka gorden di sana sejak pertama datang. Tapi malam ini, rasa penasaran mengalahkan ketakutan. Ares perlahan berjalan mendekat, setiap langkah menimbulkan derit kayu yang panjang.

Ketika ia membuka sedikit tirai itu…
…ia melihat seseorang berdiri di luar.

Sosok tinggi, kulit pucat seperti kaca, dengan mata yang bercahaya redup seperti bara di dalam kabut. Sayap hitamnya terlipat, ujungnya menyentuh tanah, dan di lehernya tergantung rantai berkarat.
Makhluk itu tak bergerak, hanya menatap Ares.

“Kau anak dari wanita penjaga itu…” suaranya dalam, bergema di kepala, bukan di telinga.
“Kau telah membuka tanda yang seharusnya tetap tertidur.”

Ares tak sanggup bicara. Napasnya tercekat.

“Siapa kau?” ia berbisik.
“Aku penjaga antara dunia — yang kau panggil tanpa sengaja. Tapi pintu itu tak lagi seimbang… makhluk dari sisi lain mulai masuk tanpa izin.”

Angin tiba-tiba berhembus kencang. Tirai terkoyak.
Ketika Ares menutup matanya sejenak, sosok itu sudah lenyap — hanya tersisa bekas abu hitam di tanah di luar jendela.

Ia berlari keluar, tapi yang ia temui hanyalah Bu Marni, berdiri di pagar rumah dengan wajah tegang.

“Kau melihatnya, kan?” katanya lirih.
“Dia bukan hantu, Nak. Dia makhluk lama… yang dulu dijaga oleh ibumu.”

Ares menatap langit yang perlahan tertelan kabut.

“Kalau begitu… apa yang sebenarnya dijaga oleh Ibu?”

Bu Marni hanya menatapnya lama.

“Bukan apa, Ares. Tapi siapa.”

Dan dari arah hutan, terdengar suara sayap mengepak pelan — disusul bisikan lirih yang memanggil nama Ares, panjang dan bergetar di udara.



Posting Komentar untuk "Episode 3 – Bisikan dari Jendela Timur"