Rindu di Hutan Pinus: Bab 5 Rasa yang Membingungkan


---


Bab 5 – Rasa yang Membingungkan


Hari itu cuaca cerah. Ekstrakurikuler pecinta alam mengadakan latihan orientasi lapangan di hutan pinus. Semua anggota berkumpul, termasuk Nara yang kini semakin sering ikut.


Di sana, Arga sibuk membagi tugas. Ia terlihat tegas, memberi arahan pada semua orang. Nara memperhatikan dari kejauhan, dan tanpa sadar tersenyum melihat kesungguhannya.


Namun, senyum itu perlahan memudar ketika ia melihat Rendi—salah satu anggota ekskul—mendekat.

“Nara, sini aku ajarin cara pasang tali tenda,” kata Rendi ramah.


Nara mengangguk, mencoba mengikuti arahan. Mereka tertawa kecil saat Nara salah memasang simpul. Dari jauh, Arga melihat pemandangan itu dengan wajah yang sulit ditebak.


“Rendi, jangan bikin simpulnya makin berantakan,” ucap Arga sambil berjalan mendekat.

Nada suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya.


Rendi terkekeh. “Santai aja, Ga. Aku cuma ngajarin Nara.”

Arga tidak menjawab. Ia mengambil tali dari tangan Nara, lalu memperagakan simpul dengan cepat. “Begini cara yang benar. Simpel, tapi kuat.”


Nara terdiam, merasa canggung dengan ketegangan yang tiba-tiba muncul.

“Te-terima kasih…” gumamnya pelan.


Sepanjang kegiatan, Arga menjadi lebih sering berada di sekitar Nara. Ia memastikan Nara tidak kesulitan, bahkan kadang tanpa diminta. Nara bingung—apakah ia salah melakukan sesuatu?


Sore harinya, saat semua sudah berkemas, Nara memberanikan diri bertanya.

“Arga… kamu kenapa? Dari tadi rasanya aneh.”


Arga menatapnya sebentar, lalu menghela napas. “Nggak apa-apa. Cuma… nggak suka aja lihat kamu terlalu dekat sama Rendi.”


Jawaban itu membuat jantung Nara berdebar keras. Ia tidak tahu harus senang atau bingung. Cemburu? Apa artinya Arga… punya perasaan khusus padanya?


Sementara Arga sendiri terdiam, seolah menyesali kejujuran yang terlalu cepat keluar.


Hari itu, Nara pulang dengan hati penuh tanda tanya. Perhatian Arga… cemburunya… semua itu bercampur menjadi rasa yang membingungkan.



---



Posting Komentar untuk "Rindu di Hutan Pinus: Bab 5 Rasa yang Membingungkan"