Payung Hitam, Cerita Kita: Bab 9–Saat Raka Bicara
---
Bab 9 – Saat Raka Bicara
Malam itu, halaman sekolah sudah sepi. Semua siswa pulang lebih cepat karena hujan sore. Tapi Alya masih duduk di bangku taman dekat lapangan, menunggu jemputan.
Raka datang dari arah ruang OSIS, membawa map tebal. Ia sempat berhenti saat melihat Alya, lalu perlahan menghampiri.
“Kok belum pulang?” tanyanya.
“Aku lagi nunggu dijemput. Tadi hujan deras, jadi agak telat,” jawab Alya sambil tersenyum.
Raka duduk di bangku sebelahnya. Suasana senyap, hanya suara jangkrik dan sisa tetesan hujan yang menetes dari atap ke tanah.
Alya bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dari raut wajah Raka malam itu. Matanya terlihat serius, seolah ingin mengatakan sesuatu yang sudah lama ia simpan.
“Alya…” suara Raka pelan.
Alya menoleh. “Hm?”
Raka menghela napas panjang. “Aku… nggak terlalu pandai ngomong soal perasaan. Biasanya aku lebih milih diam. Tapi sama kamu, aku nggak mau terus-terusan diem.”
Alya menatapnya, jantungnya mulai berdetak lebih cepat.
“Aku cemburu waktu lihat kamu sering ngobrol sama Dani,” lanjut Raka jujur. “Aku sadar, itu karena aku… suka sama kamu.”
Kata-kata itu membuat Alya membeku di tempat. Ia tak menyangka Raka yang dingin dan penuh wibawa di sekolah bisa sejujur itu.
Raka melanjutkan, “Aku nggak tahu kamu ngerasa hal yang sama atau nggak. Aku cuma pengen kamu tahu kalau aku beneran peduli. Bukan karena kamu teman sekelas, bukan karena aku ketua OSIS. Tapi karena kamu… Alya. Kamu yang selalu apa adanya.”
Hening beberapa detik. Alya merasakan pipinya memanas, tapi bibirnya perlahan tersenyum.
“Raka…” katanya pelan. “Aku juga nggak nyangka bisa deket sama kamu. Tapi aku seneng. Seneng banget bisa kenal sisi lain dari kamu. Jadi… kalau ditanya apa aku punya rasa juga…”
Alya menunduk, lalu mengangguk pelan. “Iya. Aku juga suka sama kamu.”
Mata Raka melebar sedikit, lalu senyumnya muncul—tulus, hangat, dan berbeda dari biasanya.
“Terima kasih, Alya.”
Malam itu, tanpa banyak kata, mereka tahu bahwa hubungan mereka sudah berubah. Bukan lagi sekadar teman. Ada rasa yang tumbuh, nyata, dan diakui oleh keduanya.
---
✨ Makna Bab 9:
Kejujuran dalam perasaan adalah langkah besar untuk hubungan yang sehat. Kadang keberanian untuk bicara jauh lebih penting daripada kesempurnaan kata-kata.
---
Posting Komentar untuk "Payung Hitam, Cerita Kita: Bab 9–Saat Raka Bicara"
Posting Komentar