Payung Hitam, Cerita Kita: Bab 10– Payung Yang Sama (Tamat)

 

---


Bab 10 – Payung yang Sama


Hari-hari berikutnya terasa berbeda. Alya dan Raka masih menjalani rutinitas seperti biasa—kelas, tugas, rapat OSIS, dan latihan upacara. Namun ada sesuatu yang lebih hangat di antara mereka.


Tidak ada kata “jadian” resmi, tidak ada pengumuman dramatis. Tapi semua terasa alami. Alya tahu Raka peduli, dan Raka tahu Alya ada untuknya. Itu saja sudah cukup.



---


Suatu sore, sekolah kembali diguyur hujan. Alya dan Raka berjalan berdampingan di koridor, keduanya tersenyum kecil.


“Aneh ya,” kata Alya sambil menatap ke luar jendela. “Kayak tiap momen penting kita selalu ada hujan.”

Raka terkekeh pelan. “Mungkin hujan emang cara semesta ngingetin kita. Kalau dulu aku yang ngelindungin kamu, terus kamu gantian lindungin aku… sekarang kita bisa jalan bareng, di bawah payung yang sama.”


Alya menoleh, menatap wajah Raka. Ada ketenangan di sana, sesuatu yang membuat hatinya merasa aman.

“Payung yang sama…” gumam Alya sambil tersenyum.


Raka membuka payung hitamnya, lalu menunduk sedikit agar Alya bisa masuk. “Yuk, pulang. Jangan sampai sakit lagi gara-gara hujan.”


Mereka berjalan berdampingan, melangkah pelan di bawah satu payung. Jalanan basah, langit masih kelabu, tapi hati mereka cerah.



---


Alya menatap hujan yang jatuh di luar payung, lalu bergumam dalam hati:

Kadang kita nggak butuh hal besar untuk merasa bahagia. Cukup seseorang yang mau berbagi payung, berbagi tawa, dan berbagi hati.


Raka melirik Alya yang tersenyum tanpa alasan, lalu ikut tersenyum. Dalam diam, keduanya sama-sama tahu—ini baru permulaan dari kisah panjang mereka.


Dan di bawah hujan itu, cinta mereka menemukan bentuknya. Sederhana, tapi nyata.


TAMAT



---


✨ Makna Penutup:

Cinta bukan tentang siapa yang lebih banyak memberi atau melindungi, tapi tentang berjalan bersama, saling mengisi, dan bertumbuh dalam keseharian.



---




Posting Komentar untuk "Payung Hitam, Cerita Kita: Bab 10– Payung Yang Sama (Tamat) "